TUHAN membuat segala sesuatu untuk tujuannya masing-masing. ~ Raja Salomo ~

Masyarakat umum cenderung membanding-bandingkan kesuksesan seseorang dengan orang lainnya. Jumlah uang yang dimiliki, jenis mobil yang dikendarai, besarnya rumah dan tingginya pangkat seseorang di dalam perusahaan adalah kriteria umum yang digunakan. Bila ternyata dengan keempat kriteria tersebut "kesuksesannya" berimbang, maka ditambahkanlah kriteria usia pencapaian yang bersangkutan. Yang lebih muda usianya saat berhasil mencapai pangkat tertentu dianggap lebih hebat.

Pada berbagai perusahaan, banuak karyawan-karyawan muda yang telah dipercaya menjadi direktur. Keterampilan mereka dalam berkomunikasi, presemtasi di depan umum, kemampuan bahasa Inggris yang luar biasa, serta tampilan cantik ataupun ganteng tidak jarang menjadi intimidasi tersendiri bagi karyawan lain yang berambisi dalam karier dan mempunyai kebiasaan membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain.

Acara reuni sekolah, reuni universitas, dan momen pesta perkawinan telah menjadi wahana bagi kebgiasaan masyarakat termasuk diri kita untuk membandingkan "sukses" kita dengan "sukses" orang lain. Sehingga, banyak teman-teman saya yang menjadi frustrasi, depresi, atau tertekan saat menyaksikan bahwa teman-temannya "lebih sukses" dibanding dirinya. Pendek kata, mereka menjadi terintimidasi. Dan, yang lebih parah situasi terintimidasi tersebut tanpa disadari telah menurunkan rasa bangga terhadap dirinya sendiri. Saat diri berpikir bahwa orang lain mempunyai bakat yang lebih dari dirinya, orang lain lebih beruntung dalam karier dan keuangan, maka intimidasi telah berkembang menjadi turunnya self esteem atau rasa bangga terhadap diri sendiri. Turunnya self esteem berkolerasi langsung dan sangat kuat terhdap self confindence akan semakin menurunkan prestasi seseorang, sehingga semakin lama akan semakin terpuruk.

intimidasi ini sangat buruk bagi kemajuan karier seseorang, karena bila tidak diatasi dengan serius, dapat berkembang kepada rasa iri hati, bahkan tak jarang memunculkan niat jahat yang akan teraktualisasi di dalam permainan office politics.

Lalu, bagaimana kita dapat membebaskan diri dari intimidasi? Berikut langkang yang saya tempuh oleh teman-teman saya.

Permadi seorang yang sangat berambisi dalam karier. Dia mengembangkan diri sedemikian rupa dengan harapan suatu hari ada perusahaan yang mengangkatnya menjadi direktur. Segala prasyarat atau kriteria seorang direktur dipenuhinya, mulai dari mumpuni di bidang sales, marketing, accounting, human capital, negosiasi, hingga bahasa Inggris. Pada bidang pendidikan, dia juga memacu diri sedemikian rupa, sehingga gelar strata dua Magister Manajemen dan strata tiga Ph.D. diperolehnya. Meski hingga kini posisi direktur belum mampu diraihnya, namun dia tidak pernah terintimidasi oleh "kesuksesan" para juniornya. Karena, dia menegang beberapa prinsip berikut:

Setiap orang punya destiny atau takdirnya sendiri

Laki-laki diciptakan Tuhan untuk tujuan yang berbeda dengan perempuan. Jadi, tidak ada alasan untuk membanding-bandingkan siapa yang lebih hebat di antara keduanya. Lebih detail lagi, setiap orang mempunyai sidik jarinya sendiri-sendiri. Tidak ada seorang pun di dunia ini yang mempunyai sidik jari yang sama. Segalanya telah diciptakan untuk tujuannya masing masing. Ada yang mempunyai lima talenta, yang seorang lagi dua, dan yang lain lagi satu. Masing-masing diberikan menurut kesanggupannya. menurut kedaulatan Sang Pencipta alam semesta. Permadi tidak pernah terintimidasi oleh para juniornya yang mempunyai talenta atau kesanggupan yang lebih banyak. Dia tidak membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain. Dia tetap fokus mengembangkan dirinya secara maksimal. Dengan prinsip tersebut, dia mampu ikut merayakan "kesuksesan" para juniornya tanpa perlu "ditindas" oleh perasaan terintimidasi.

Rezeki, pangkat, nasib baik, jodoh, kesehatan adalah karunia Tuhan

Di dalam dunia militer ada banyak jenderal bintang satu. Namun, tidak semuanya mampu meraih bintang dua, bintang tiga, hingga bintang empat. Di antara para jenderal bintang tiga atau bintang empat tidak semuanya berkesempatan terpilih sebagai Panglima TNI. Dan, tidak semua jenderal bintang empat berkesempatan terpilih menjadi Presiden. Menganut prinsip tersebut, Permadi tidak meratapi nasib atau menjadi terintimidasi oleh karier orang lain. Baginya yang paling penting adalah: "Be the best You Can Be". Tugas utamanya adalah memantaskan diri secara maksimal untuk menerima rezeki lebih, berikutnya adalah urusan Tuhan. "Membanding-bandingkan diri dengan orang lain hanya akan merusakkan ucapan syukur dan membuat frustrasi. Tidak ada manfaat positif yang dapat kita petik darinya, demikian ucapnya mantap.

Setiap orang punya lintasan pacunya sendiri

Ketika semua orang menyadari bahwa masing-masing pribadi mempunyai lintasan pacunya sendiri-sendiri, maka dia tidak sedang berkompetisi untuk mengalahkan orang lain. Kompetisi yang diperjuangkannya yaitu apakah dia mampu menemukan dan menghidupi tugas khususnya di dunia ini sebagaimana telah digariskan oleh Tuhan Sang Pencipta alam semesta.

Bagaimana dengan Anda? Sudahkah anda terbebas dari perasaan terintimidasi oleh kelebihan atau keberhasilan rekan sekerja? Jika belum, bebaskanlah!!!

TIPS:

Fokuslah pada bakat utama Anda

Setiap orang punya bakat khusus yang dibawa sejak lahir. Temukanlah bakat asli tersebut dan kembangkanlah secara maksimal. Jangan banding-bandingkan diri Anda dengan orang lain. Tidak ada gunanya sama sekali. Sebelum Anda dilahirkan di dunia ini, Tuhan sudah memberikan stempel approval, bahwa Anda istimewa dan berbeda dari orang lain. Kebiasaan membandingkan diri dengan orang lain hanya akan membawa lebih banyak kesusahan daripada manfaat.

Jadilah diri sendiri

Kita tidak pernah mengerti apakah usaha kita yang ini atau yang itu akan berhasil. Tugas kita adalah mengerjakan segala sesuatu yang dijumpai tangan kita untuk kita kerjakan. "Be The Best You Can Be" maka Anda akan bebas dari intimidasi kehebatan orang lain.

"Yang seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi satu, masing-masing menurut kesanggupannya". ~ Matius ~.

Previous Post Next Post