Segala keberhasilan yang telah kita capai, tidak lepas dari kontribusi dari orang lain. Banyak orang di sekeliling kita yang telah memberi kesempatan, memberi perlindungan, serta menyediakan fasilitas sehingga segala talenta yang kita miliki dapat berkembang secara maksimal. Kebiasaan mencatat dan menyebutkan kontribusi orang lain dalam setiap tahap perjalanan kesuksesan karier kita adalah sebuah sistem pengingat yang perlu kita ciptakan sehingga kita terhindar sebagai pribadi dengan julukan "Kacang Lupa Kulit"

Jonan adalah seorang anak yang cerdas dan berbakat. Lulusan sarjana marketing ini mengawali kariernya sebagai seorang product officer pada sebuah perusahaan consumer product ternama di Jakarta. Terlahir di sebuah kota kecil di Jawa Timur, membuat Jonan sangat bahagia. Hari pertamanya bekerja di kota Jakarta tidak saja merupakan momen indah dalam perjalanan kariernya, namun juga membuatnya bangga karena mampu menang bersaing di antara puluhan pelamar dalam kompetisi memperebutkan posisi tersebut.

Sebagai junior, tugas Jonan adalah membantu para seniornya, Product Supervisor dan Product Manager untuk menyiapkan kelahiran dan peluncuran produk baru, mulai dari membuat, segmentasi, targeting, positioning, dan seluruh komponen bauran pemasaran lainnya. Dengan tekun dan penuh antusiasme, Jonan menjalankan semua pekerjaannya tersebut. Selain karena punya ambisi untuk maju, dia memang tipikal pekerja keras. Jam kerjanya setiap hari melebihi semua pegawai junior lainnya.

Suatu ketika, dalam sebuah rapat, direktur pemasaran dan pemilik perusahaan tertarik dengan pribadi Jonan. Mereka berdua sepakat mengirim Jonan untuk sekolah keahlian periklanan. Dengan bimbingan dari atasan dan adanya kesempatan yang diberikan pemilik perusahaan, karier Jonan berkembang sangat pesat. Setiap tahun dia mengalami promosi jabatan. Tidak hanya Itu. Jonan akhimya diberi kesempatan untuk berinteraksi dan tampil menjadi juru bicara perusahaan dengan para wartawan media cetak dan media elektronik. Maka, nama Jonan semakin harum sebagai seorang ahli marketing.

Percaya dirinya yang semakin meningkat menantang pemikirannya untuk menciptakan dan melahirkan sebuah produk yang disukai banyak konsumen dan meledak di pasaran. Jonan mengajukan konsep tersebut kepada atasan dan pemilik perusahaan. Konsep tersebut diterima untuk dijalankan. Setiap minggu atasan dan pemilik perusahaan bergantian menyediakan waktu untuk Jonan. Mereka berdua mengambil peran tidak saja sebagai counterpart berpikir, namun sekaligus sebagai coach dan juga penyandang dana. Manajer bidang R&D, manajer Finance, manajer produksi, manajer logistik semuanya mendukung produk baru tersebut. Dan benar. Setelah diluncurkan, produk tersebut sangat sukses di pasar.

Penghargaan best brand, best new product category, dan marketer of the year membuat Jonan diundang ke sana kemari menjadi narasumber di talkshow radio, TV, dan sejumlah media cetak lainnya. Namun sayang. Segala pencapaian dan keberhasilan tersebut membuat Jonan lupa bahwa segala kesuksesan yang dia ralh sejatinya adalah kontribusi dan peran serta dari banyak pihak.

Dalam beberapa wawancara dia begitu percaya diri dan menyampaikan bahwa kesuksesan produk baru tersebut karena dirinya. Semua untaian kata yang disampaikan menggiring persepsi pendengar bahwa perusahaan sangat beruntung mempekerjakan dia. Bahkan menurut pemikirannya, tanpa dia perusahaan tidak dapat maju seperti sekarang ini. Dia lupa bahwa selama ini atasan langsung dan pemilik perusahaan telah menjadi pelindung dan perisai bagi idenya agar dapat berkembang dan mendapat dukungan seluruh divisi dan departemen yang ada di dalam perusahaan. Bak "Kacang Lupa Kulit", Jonan lupa keadaan awalnya seperti apa saat awal bergabung dengan perusahaan, dan bagaimana orang-orang di sekelilingnya telah banyak berkontribusi atas pencapaiannya sekarang.

Percaya diri yang terlalu berlebihan akhirnya mengantar Jonan mengundurkan diri, dan mencoba berkarier di tempat lain. Namun ternyata, sejarah mencatat bahwa kariernya tidak berkembang lagi. Mengapa demikian? Mari kita belajar dari Iwan yang memiliki kesuksesan setara dengan Jonan, namun dia tidak lupa diri. Iwan memiliki sejumlah kiat sebagai berikut:

1. Kebiasaan Mencatat

Setiap tahun Iwan selalu menyediakan waktu khusus untuk mencatat nama orang-orang yang telah berkontribusi dalam kemajuan kariernya. la mencatat jenis kontribusi yang diberikan orang tersebut. Contoh: Pak Ari - memberinya kepercayaan untuk melakukan berbagai inovasi marketing; Pak Abraham-meminjamkan mobilnya tiga bulan saat Iwan kehilangan pekerjaan; Pak Tjahjadi percaya membeli jasanya pada saat orang lain tidak ada yang percaya, Pak Wiyono-memberinya kesempatan menangani bidang baru yang belum pernah ditanganinya secara formal; Pak Wijaya-terus-menerus memperkenalkan relasinya kepada Iwan.

Kebiasaan mencatat ini telah menolong Iwan dalam setiap tahap perjalanan kariernya agar terhindar dari julukan "Kacang Lupa Kulit."

2. Kebiasaan Menceritakan

Dalam setiap wawancara radio, televisi, media cetak, maupun seminar, ketika ditanya: "Apa rahasia sukses bapak menjalankan program A atau Program B?" Selain memberikan 2-3 rahasia sukses, Iwan selalu menambahkan jawaban rahasia kesuksesan yang ke-4, yaitu bahwa dia mendapatkan kepercayaan, dukungan, dan support dari atasan atau orang lain. Iwan sangat meyakini bahwa sehebat-hebatnya seorang karyawan, dia tidak akan bisa mengukir prestasi tanpa dukungan atasan, pemilik perusahaan, dan manajer departemen lainnya.

Dengan kebiasaan menceritakan "peran serta" orang lain dalam setiap keberhasilannya, Iwan telah berhasil membangun fondasi kerendahan hati yang lebih kuat dan kokoh dalam menopang kesuksesan yang semakin besar.

Bagaimana dengan Anda? Sudahkah Anda memiliki keterampilan membangun fondasi kerendahan hati untuk menopang kesuksesan karier? Jika sudah, lanjutkanlah! Jika belum, mulai sekarang belajarlah dari Iwan!

Previous Post Next Post